BANDUNG, PelitaJabar – Tugas manejer memberikan pelayan kepada atlet, bukan sebaliknya minta dilayani. Atlet harus dijadikan tamu VVIP, dan mendapat dukungan maksimal dari seorang manejer.
“Ini real ya. Apa yang saya lakukan ketika dipercaya menjadi manejer tim bulutangkis PON XIX 2016. Maaf saya tidak mau disebut ria, kita sharing saja ya. Saya harus bersikap sebagai pelayan, bukan sebaliknya harus dilayani. Atau orang yang harus diurus, tidak. Saya harus memberikan pelayanan dan membuat atlet nyaman dan segala kebutuhanya dapat terpenuhi,” ujar Ir. Yudi Diharja, tokoh olahraga bulutangkis yang juga mantan manejer tim bulutangkis PON XIX Tahun 2016 di Jawa Barat, kepada PJ Rabu (17/7/2024).
Alumni sipil ITB 1992 ini melanjutkan, bagaimana dirinya ketika menjadi manejer harus bisa menempatkan diri, baik sebagai manejer, kakak atau pun teman atlet.
“Mereka yang saya manejeri di PON adalah atlet dunia. Tentunya perlakuannya juga harus agak gimana gitu. Sehingga saya juga harus hati-hati. Bahkan untuk menginap pun saya tanya apakah nyaman atau tidak. Sehingga penginapan mereka pun saya pindahkan ke hotel yang lebih baik ketika itu. Itu yang saya lakukan,” ucap Yudi.
Bagaimana peran manejer menghadapi PON XXI di Sumut dan Aceh nanti, Yudi “merendah” mengatakan siapa pun manejer Cabor di PON nanti, pasti lebih baik dari dirinya.
“Saya yakin dan percaya yang menjadi manejer Cabor saat ini, pasti lebih baik dari saya. Kalau saya masih dalam proses belajar. Karena dengan target “Jabar Hattrick”, saya yakin manejer sekarang pasti lebih paham tugas pokok dan fungsinya (Tupoksinya) ” tambah Wakil Ketua Umum FORKI Jabar ini.
Terlahir dari darah daging ayah yang memang mantan atlet bulutangkis, wajar jika Kang Yudi sangat dekat dengan para maestro senior bulutangkis dan atlet muda legend lainnya seperti Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung dan Fajar Alfian.
Di PON XXI Sumut-Aceh, dirinya Yudi yakin, target Ketua Umum KONI Jabar Prof Budiana, pasti akan terwujud.
“Saya sangat optimis “Jabar Hahttrick” akan terwujud dan menjadi sejarah untuk Jawa Barat. Saya harus optimis. Dan ikhtiar itu sudah di progres pengurus KONI,” kata Kang Yudi.
Pernah dipercaya jadi manejer bulutangkis di PON XIX 2016, dengan hasil 2 medali emas, 2 perak dan 5 medali perunggu, dikatakannya bahwa dirinya benar-benar menikmatinya.
Menjadi manejer akan terasa sebuah kepuasan bathin, jika atlet mampu meraih prestasi terbaiknya.
“Itu yang saya rasakan. Tidak ada niatan lain. Bahkan saya sangat merasakan bagaimana seorang pemimpin yang dipercaya harus menjadi ujung tombak dan ujung tombok. Kita harus siap untuk soal itu. Dan itu resiko dan bentuk tanggungjawab saya. Saya bersyukur bisa melakukannya,” pungkasnya. Joel