BANDUNG, PelitaJabar – Susah susah gampang mencari atlet wanita untuk cabang olahraga tinju. Kesan keras dan bahaya selalu menghantui orang tua, jika anak perempuannya minta berlatih olahraga tinju. Sehingga nominasi atlet tinju selalu dihuni para petinju pria saja.
Tapi lambat laun ketakutan orang tua terhadap putrinya yang ingin berlatih tinju mulai landai. Hal tersebut sejalan dengan aturan pertandingan yang sudah semakin baik. Apalagi tinju sudah masuk dalam cabang olahraga prestasi yang dapat dipertandingkan secara single event atau multi event.
“Itulah yang saya hadapi dulu. Saya hobi olahraga beladiri. Tapi gak boleh sama orang tua. Orang tua malah masukin saya ke olahraga renang. Mungkin ada tujuh tahun saya berlatih renang,” kenang Ajeng Syifa Silvia Gitni.
Kepada PJ Kamis (9/9/2021).
Ajeng yang saat ini tercatat sebagai atlet PON cabang tinju Jawa Barat menceritakan bagaimana dirinya susah untuk menyakinkan kedua orang tuanya masuk tinju.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Jaelani S.Sos dan Inggit Khairat ini akhirnya menemukan apa cabang olahraga yang diinginkannya.
“Awal ikut tinju tahun 2016, yang menawarkan pak Didin pelatih tinju dari Kab Kuningan. Tawaran itu tidak saya sia-siakan, karena saya tahu kalau tinju juga cabang olahraga beladiri sesuai dengan keinginan saya,” tambahnya.
Tak berselang lama berlatih dengan kedisiplinan yang tinggi serta tekun Ajeng memperlihatkan prestasinya. Debut awalnya adalah medali emas di ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) tahun 2017.
Dilanjutkan Kejurnas di Bogor tahun 2018, juga merebut medali emas. Tak berhenti sampai disitu Ajeng kembali memperlihatkan grafik prestasinya dengan merebut medali emas di Kejurnas di Medan 2019.
Terakhir diperebutan tiket PON tahun 2019 Ajeng membawa pulang perunggu sekaligus lolos maju ke PON Papua.
“Di PON Papua saya turun di kelas 45 kg putri. Saya minta doa dari semua masyarakat Jawa Barat agar dapat mempersembahkan medali emas. Ini PON pertama saya. Saya akan tampil maksimal untuk mendapatkan target saya di Papua ini,” pinta Ajeng petinju yang gemar memasak ini.
Soal latihan menjelang berangkat ke Papua, ditengah Pandemi Covid-19, Ajeng menyebutkan kalau pelatih sudah menyiapkan programnya. Cuma katanya tim tinju Jabar tidak terlalu sering latihan bersama dengan tim dari luar.
“Ada memang plus dan minusnya. Namun itu salah satu strategi untuk mencegah penyebaran covid. Pelatih juga memberikan program yang dapat disesuaikan dengan keadaan pendemi saat ini,” katanya.
Persiapan PON Papua dikatakan Ajeng sangat luar biasa liku-likunya. Bahkan sampai saat ini dirinya tidak menyangka bisa mengikuti PON dan membawa nama Jawa Barat. “Ini seperti mimpi,” ucapnya.
Geliat Ajeng berlatih tinju saat ini sangat sempurna. Tidak hanya dukungan orangtua, pelatih atau pelatih dari Korea, namun Ajeng punya kesan yang tidak pernah dilupakannya pada orang-orang tertentu. Sebut saja nama Wolter.
“Jasa almarhum om Wolter tidak bisa saya lupakan. Beliaulah yang memanggil saya dan menyakinkan saya untuk ikut Pra PON, akhirnya dapat tiket PON Papua. Padahal saya hanya memperoleh perunggu di Porda, waktu itu ada kelas 45 kg yang kosong,” kenang Ajeng.
Kini tak ada yang perlu diragukan dari seorang Ajeng. Ambisi yang kuat serta motivasi yang keras jelas merupakan pondasi untuk mewujudkan impian meraih sukses.
Hitungan tahunan berlatih, Ajeng pastinya ingin dikalungin medali emas , semua ini demi kehormatan Jawa Barat. Semoga tercapai ya. Joel