BEKASI, PelitaJabar – Mana ada orang yang bisa melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya, jika penuh tekanan dan intimidasi, yang ada puyeng dan panik
Inilah yang terjadi pada diri Technical Delagate (TD) cabang olahraga tenis kursi roda H. Mamat Widya.
Tugas berat dan tekanan bertubi-tubi datang kepadanya. Baik dari kontingen peserta, Dispora bahkan dari bidang pertandingan.
Ada kabar offisial Kabupaten Bogor memaksakan atlet Utama yang “dibelinya” dari Yogyakarta turun di kelas pemula. Padahal si atlet ada di kelas utama.
Tekanan tidak hanya dari ofiisialnya tapi juga pemerintah lewat Dispora Kabupaten Bogor.
Bidang pertandingan Seni Aprilianti juga hadir di Hotel Metro tempat atlet tenis kursi roda menginap.
“Itulah masalahnya, yang ngotot-ngotot ingin main di pemula. Saya bilang tolonglah yang pemula ini jangan dicampurkan dengan elit atau utama. Ini Jawa Barat, kapan lagi mau maju jika yang pemula diadukan dengan yang kelas utama,” jelasnya kepada PJ Rabu malam (23/11/2022).
Dikatakan, saran dari Kabupaten Garut dan Indramayu yang baru pertama ikut di pemula dan baru pegang raket ada benarnya.
“Saya diwanti-wanti dan diperintah oleh pak Ketua tolong pak Mamat yang pemula ini ya pemula ajalah. Jangan dicampurkan,” tambah H. Mamat menirukan perintah Ketua Umum NPCI Jawa Barat Supriatna Gumilar.
Ditegaskan, kalau yang sudah punya “nama” baik, jangan turun kebawah ke pemula, harus tetap diatas bersaing dengan yang satu kelas.
Apakah sudah clear yang kelas Utama tidak disatukan dengan Pemula..?
“Ya barusan masih ada sedikit persoalan. Tapi mudah-mudahan semua menyadari. Kalau gak selesai selesai kapan lagi bisa diselesaikan atuh,” pintanya memelas.
Menurut H. Mamat yang memaksakan atlet Utamanya turun di kelas pemula adalah Kabupaten Bogor.
Bahkan Mamat pun menilai jika Technical Hand Book (THB) juga memang kelihatan agak rancu.
“Sedikit, tapi yang lainnya sudah dipahami. Jadi dari tujuh peserta itu, hanya satu yang masih sangat ngotot yaitu Kabupaten Bogor,” tuturnya.
Ditanya soal banyaknya atlet non Jabar yang turun terutama atlet asal Yogyakarta di cabang olahraga Tenis kursi roda, H. Mamat mengatakan jika hal itu tidak diketahuinya.
“Masalah atlet itu wewenang tim keabsahan. Kalau kami hanya menerima yang sudah mau bertanding. TD mah menerima jadi. Jadi tidak tahu masalah keabsahan,”ucap H. Mamat.
Harapan H. Mamat selaku TD di cabor tenis kursi roda ini adalah dirinya tetap memisahkan antara pemain Utama dan pemula.
“Pokoknya sesuai dengan Rakor di Kabupaten Garut waktu itu. Harusnya ada hitam diatas putih. Mau tidak atlet Non Jabar memperkuat Jawa Barat. Fakta integritas itu pak. Tapi kan sampai sekarang tidak ada. Karena mungkin dari tim keabsahan itu tidak ditanyakan hal ini,” terang H. Mamat.
Dengan munculnya berbagai persoalan di Cabor tenis kursi roda, H. Mamat berharap cepat selesai dan tidak akan dibahas lagi di lapangan.
“Saya ingin tidak muncul lagi persoalan dan mudah-mudahan tidak dibahas lagi. Mari bertanding dan bertanding. Mari kita sukseskan Peparda VI Kabupaten Bekasi ini,”harap H. Mamat. Joel