JAKARTA, PelitaJabar — Tak ada guru, minimnya prasarana belajar mengajar, membuat warga di desa Funannayaba Pulau Seram semakin tertinggal. Melihat fenomena tersebut, Babinsa Serka La Adam dengan 3 (tiga) warga setempat berinisiatif mengajar puluhan anak putus sekolah .
“Desa yang terletak di Pulau Seram ini, berada sekitar 25 km di bagian Selatan Werinema dan 200 Km dari Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Disana masih banyak anak-anak yang putus sekolah, bahkan tidak dapat bersekolah,” jelas Dandim 1502/Masohi Letkol inf Hari Sandhi Chrishandoko, S.Sos, dalam rilisnya Sabtu (16/2).
Lulusan Akmil 1999 ini melanjutkan, dari beberapa warga yang menjadi guru bantu sukarela, animo masyarakat cukup baik. Meski telah berusaha seragam, namun ada beberapa anak yang tidak bisa membeli sepatu atau seragam.
Situasi tersebut, sambung Hari Sandhi, membuat Serka La Adam terketuk batinnya dan terpanggil serta turut bertanggungjawab atas apa yang dialami oleh warga binaanya.
Serka La Adam, anggota Koramil 1502 – 10/Werinama ini mengungkapkan, panggilan jiwanya semata-mata karena rasa perihatinnya terhadap masa depan anak-anak kecil nan lugu tersebut.
“Secara kemampuan, sebagai anggota TNI, kita tidak diberikan kemampuan mengajar. Namun, demi melihat anak-anak, terbayang dalam pikiran saya, seperti apa nasib dan masa depan mereka. Saya ingin mereka punya masa depan yang lebih baik dibanding orang tuanya,” imbuhnya.
Sebagaimana pengalamannya selama 23 tahun berdinas sebagai anggota TNI AD, ayah dari 3 (tiga) anak ini, membulatkan tekad mengajar anak-anak sekolah dengan segala kemampuan yang dimilikinya dengan menggunakan buku petunjuk yang sangat hanya terbatas.
“Itupun jumlahnya hanya terbatas, buku (petunjuk) Matematika hanya ada dua dan tentang Sains untuk kelas 3. Saat mengajar pun harus pelan-pelan (sabar), supaya dapat dimengerti oleh mereka,” aku pria suku Buton yang lahir di Dusun Waitibu, Maluku Tengah, 45 tahun lalu itu. Saat mengajar, mereka (27 anak), saya kumpulkan jadi satu, karena memang kelasnya hanya satu,” imbuh La Adam yang mendaftar jadi anggota TNI AD menggunakan ijazah SMP, walau lulusan SMA ini lagi.
Jalan tanah selebar 3 meter bahkan sulit dilalui saat musim hujan, menjadi kendala bagi masa depan warga dan anak-anak.
“Saya sendiri berangkat mengajar menggunakan sepeda motor dinas dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam, paling utama bagi saya mau berbuat dan yakin, sedikit banyak yang saya lakukan pasti ada manfaat bagi masyarakat. Jika bukan kita siapa lagi,”tegasnya.
SD tempatnya mengajar baru dibangun 1 tahun dan sangat sederhana. Hanya terdapat 1 (satu) ruang kelas untuk mengajar 27 anak, yang terdiri dari kelas 1 sejumlah 11 anak, kelas 2 sebanyak 9 anak dan kelas 3 hanya 7 orang.
“Untuk itu, saya berlapor melalui Danramil, agar bisa koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten SBT, untuk mendukung tenaga pengajar dan sarana belajar mengajar. Syukur-syukur, segera dibukakan akses jalan yang memadai ke desa ini,” harapnya. Mal