BANDUNG, PelitaJabar – Silaturahmi dan hanya kumpul-kumpul biasa. Tidak lebih dari itu, bahkan itu juga permintaan para pengurus Cabang Olahraga.
‘Soal Porprov semua sudah komit bahwa kita sudah ada yang mengurusi KONI Jabar dan Panitia Pusat (PP) Porprov. Jadi mana mungkin saya harus membahas Porprov lagi. Apa kewenangan saya. Saya ini siapa sih untuk bikin pergerakan seperti yang dialamatkan pada diri saya,’ papar Ketua Umum Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) Jawa Barat Aida Gurning kepada PJ Senin malam 26 September 2022 terkait ramainya berita adanya undangan kepada Pengurus Cabang Olahraga yang disebar Ketua Umum IODI Aida Gurning.
Dalam undangan tersebut berbunyi dalam rangka silaturahmi dan menyukseskan Porprov XIV tahun 2022 Pengprov IODI mengundang ketua cabor pada acara Sarasehan Hari Rabu tanggal 28 September 2022 pukul 15.00 di Taman Kopo Indah.
Ditegaskan, itu hanya permintaan teman-teman yang ingin ngaliwet makan-makan dan nyanyi aja.
‘Sekali lagi saya jelaskan bahwa tidak ada acara apa-apa. Saya pikir ngak ada yang salah. Masa ngaliwetnya harus di gedung KONI,’ tambah Aida lagi.
Bahkan kalau hanya sekedar ngobrol dan rame-rame dirinya sering ngopi-ngopi.
‘Jadi bukan kegiatan yang harus formil ya. Dan bukan dengan cabor-cabor saja. Kita juga gabungan dengan pelaku UMKM,’ akunya.
Terkait bahasa Porprov yang dipakai dalam undangan tersebut menurut Aida itu hanya untuk.memancing para pengurus olahraga agar dapat hadir. Soalnya kalau tidak ada tema terkait olahraga dipastikan sebut Aida suka susah datangnya pengurus.
‘Ini hanya kalimat memancing saja agar kegiatan silaturahmi ini dihadiri banyak pengurus olahraga. Ini pun banyak yang balas WA saya tidak bisa hadir. Hanya minta dibungkusin jengkol saja,’ ucapnya.
Sebelumnya tersebar informasi ada kegiatan pertemuan tersembunyi yang didalangi Ketua Pengprov IODI Jabar.
Hal ini membuat salah seorang Ketua Cabang olahraga Rahyang Mandalajati Evi Silviadi Sanggabuana, gerah dan angkat bicara.
Menurut Ketua Umum Muaythai ini sebaiknya pengurus Cabang Olahraga (Cabor) jangan buat stigma buruk.
‘Bila mana ini urusan Porprov, gedung KONI lebih besar dan dapat digunakan. Kalau memang ada masalah untuk kepentingan menyukseskan kita bicara di sana. Gedung KONI ruang rapat gede. Di sana saja. Jadi saya sarankan kepada kawan kawan agar tidak harus membuat stigma seolah olah KONI tidak bisa mewadahi,’ tegas Evi.
Disebutkan, gerakan liar ini akan dimanfaatkan terlebih dalam situasi seperti ini saling serang, saling memanfaatkan peluang. Cabor menurut Evi tidak boleh dibawa kesana, karena Cabor bukan LSM.
‘Apalagi Cabor misalnya ingin mensukseskan Porprov. Sementara Cabor kan punya induk KONI. Mari bicara disana gedung KONI. Kumpul semua disana. Apabila tidak ada yang bisa memfasilitasi saya siap,’ ucap Evi.
Dirinya sempat bertanya apa yang jadi persoalan, sehingga harus berkumpul di luar.
‘Ini bisa jadi preseden buruk bagi KONI dan kesatuan dan persatuan menuju prestasi. Karena pun nanti ketika ini di fasilitasi IODI ini, saya khawatir akan dimanfaatkan oleh orang tertentu untuk saling serang,’ sebut Evi.
Ditegaskan, Cabor harus berani bicara di KONI. Kenapa harus di kumpulkan di luar.
‘Mari kita bicara sama Ketua Umum KONI. Masa Ketua Umum melarang kita bicara untuk kesuksesan Porprov. Pasti beliau mau menjelaskan apa kekurangan dan apa yang bisa kita bantu selesaikan,’ pungkasnya. Joel