BANDUNG, PelitaJabar – Guna mendongkrak ekonomi dan pelaku UMKM, Bandara Husein Sastranegara menggelar Local Creative Festival, yakni program Pameran UMKM di Hari Ulang Tahun PT Angkasa Pura II ke 38 Tahun.
Dalam kegiatan tersebut, sedikitnya 115 pelaku UMKM ikut pameran di Bandara, dengan ratusan produk.
Executive General Manager Bandara Husein Sastranegara Cin Asmoro mengungkapkan, konsep PT Angkasa Pura II secara keseluruhan dalam rangka HUT nya ke 38.
‘Ada sekitar 115 Pelaku UMKM dengan produk 250 mulai fashion, makanan dan sebagainya,’ papar Cin menjawab PJ disela kegiatan Sabtu 13 Agustus 2022.
Pihaknya berharap, dengan kegiatan tersebut dapat mendorong dan meningkatkan para pelaku UKMKM di Kota Bandung.
‘Harapan kami, bagaimana kita memberikan dukungan kepada UMKM, dan bagaimana PT Angkasa Pura ini hadir dan berkolaborasi secara global,’ ucapnya.
Dimintai komentarnya, Kadis KUKM Kota Bandung Atet Dendi Handiman menyebutkan, sekitar 8600 UMKM binaan KUKM Kota Bandung, kebanyakan kuliner, fashion kriya dan jasa.
‘Sejak terdampak pandemi dua tahun lalu, kini mulai bangkit lagi, dan alhamdulillah Kota Bandung juga punya even diantaranya Pasar Kreatif. Dan hari ini Alhamdulillah juga ada Local Creativ Festival, ini menjadi agenda pameran Kota Bandung. Karena itu Kami sangat berterimakasih kepada Angkasa Pura, dan juga support pelatihan, ini menjadi contoh bagi BUMN lainnya di kota Bandung,’ kata Atet.
Disinggung pelaku UMKM yang go internasional, dia menyebutkan belum begitu banyak, namun pihaknya terus mendorong agar UMKM Kota Bandung naik kelas.
‘Ada beberapa yang sudah go internasional, namun karena kami wewenangnya ada di Mikro yang omsetnya Rp 2 Miliar, kami berkolaborasi dengan Disindag Kota Bandung dan Provinsi bagaimana administrasi ekspor itu dilakukan,’ tegasnya.
Sementara, Anti, salah satu Pelaku UMKM mengungkapkan, baru satu tahun ini berbisnis kue kering. Selain dititip di supermarket, dia mengakui sering mengikuti pameran.
‘Sebelumnya saya jualan kue kering, saat ini produk saya ada keripik tempe dan bayam, harga mulai Rp 12 ribu,’ kata wanita berusia 50 puluh tahunan ini.
Dikatakan, untuk bahan dasar, pihaknya memprodksi sendiri, seperti kacang kedelei. Sementara, untuk pegawai, dia memiliki pekerja tetap dua, dan 1 orang serabutan.
‘Paling banyak disukai pelanggan adalah kripik original, dan bayem pedes. Target penjualan selama pameran disini 100 pcs sehari, namun saya lebih ke branding, karena kami binaan UMKM Dinas Koperasi kota Bandung,’ ucap Anti.
Senada, Tini Gustini mengakui sejak 2013, mulai berdagang serundeng kelapa. Uniknya, serundeng tidak digoreng namun di shangray serta tidak memakai gula putih.
‘Namanya Kalapa Indung, sering waktu kita menambah produk bawang goreng pedas, dipasarkan di Perhutani, lalu gabung dengan bale balatik Unpad. Hingga kini, Serundeng Kalapa Indung sudah menembus pasar Australia dan Selandia Baru,’ pungkas Tini.
Dia mengekspor sekitar 50 kg hingga 100 kg ke dua negera tersebut. ***