Melawan Kesenjangan Ekonomi, Ditengah Pandemi

- Penulis

Rabu, 28 Juli 2021 - 16:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

HINGGA saat ini, belum tampak tanda – tanda pandemi akan berakhir. Bahkan, tingkat penularan semakin melonjak terkhusus di negeri kita Indonesia.

Covid-19 yang melanda, mengakibatkan perekonomian Indonesia merosot tajam. Hingga angka kemiskinanpun kian meningkat.

Ditengah tingginya kemiskinan, penduduk kaya dan superkaya juga semakin membludak. Slogan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin kini terbukti.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Melansir data dari lembaga keuangan Credit Suisse, saat pandemi Covid-19, jumlah penduduk dengan kekayaan bersih 1 juta dollar AS atau lebih di Indonesia mencapai 171.740 orang pada 2020. Angka tersebut melonjak 61,69 persen year on year dari jumlah di tahun 2019 yang berjumlah 106.215 orang.

Lembaga tersebut juga mencatat, jumlah orang Indonesia sangat kaya atau dengan kekayaan tercatat lebih dari 100 juta dollar AS pada tahun 2020 mencapai 417 orang atau naik 22,29 persen dari tahun sebelumnya (kompas.com).

Tentu saja banyak yang bertanya-tanya, mengapa hal ini bisa terjadi?. Ditengah banyak manusia yang sedang dilanda kesulitan, lantas segelintir orang kekayaannya meningkat drastis.

Apakah benar kesenjangan ini akibat pandemic, atau malah ada hal lain?

Pandemi bukanlah penyebab utama dari kesenjangan ini, meski tidak dipungkiri virus dari Wuhan Cina itu  memperparah jurang kesenjangan sosial. Sistem kapitalisme. Karena hal ini terus diterapkan oleh pemerintah, hingga mewujudkan kemiskinan massal pada individu, keluarga dan negara.

Sistem ini memfasilitasi kerakusan pemilik modal untuk melipatgandakan kekayaan pribadinya, dan membuat mereka memiliki kebebebasn hak milik yang tidak terbatas. Sumber Daya Alam yang seharusnya dikelola oleh Negara, malah dikuasai pemilik modal untuk kepentingannya diri sendiri dan kelompoknya.

Negara hanya berfungsi sebagai regulator, menarik pajak saja sehingga keutungan besar dari Sumber Daya Alam dimiliki oleh Pemodal. Hanya orang yang bermodal dapat mengembangkan, dan mendapatkan untung yang besar.

Lihat saja ketika pandemi masih melanda negeri ini, pariwisata digenjot, pajak barang mewah diturunkan, dan proyek –proyek besar tetap berjalan. Imbasnya, mengkayakan sebagian kecil masyarakat dan memiskinkan sebagian besar masyarakat lainnya.

Sistem ini mencetak kesenjangan permanen yang rentan melahirkan masalah baru di masyarakat seperti maraknya kriminalitas dan problem sosial lainnya.

Lalu, bagaimana caranya melawan kesenjangan ekonomi ini? Tentunya hanya dapat diselesaikan dengan Aturan Islam. Islam merupakan agama yang mengatur keseluruhan aspek kehidupan termasuk ekonomi.

Aturan Islam memberikan keadilan antara yang kaya dan miskin. Setiap warga tidak dibatasi dalam bekerja dan mengembangkan hartanya. Namun, dalam menghasilkan kekayaan individu harus disesuaikan dengan hukum syara,.

Salah satunya adalah hukum terkait dengan kepemilikan. Dimana, Sumber Daya Alam yang melimpah termasuk kedalam kepemilikan umum. Sehingga, tidak boleh dikelola oleh individu atau bahkan sampai dimonopoli oleh Para Pemilik Modal. Sesuatu yang termasuk ke dalam kepemilikan umum, harus dikuasai negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat.

Dalam sistem Islam, Negara bukanlah regulator melainkan sebagai pengatur utusan rakyat. Segala kebutuhan dasar sampai keamanan dan kesehatan, dijamin oleh negara. Rakyat tidak perlu khawatir terkait hal tersebut baik saat pandemi ataupun tidak pandemi.

Negara pun menjadikan penyelamatan sebagai hal utama ketika terjadi pandemi. Semua warga memiliki hak
yang sama dalam segala aspek, sehingga kesenjangan pun akan sirna dan hanya ada kesejahteraan.

Inilah waktunya untuk kita memperjuangan Negara yang berbasis Aturan Islam. Karena hanya Sistem Islamlah yang dapat melawan kesenjangan ekonomi dan memberikan kesejahteraan.

Wallahu’alam

Komentari

Berita Terkait

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA
Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu
Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin
Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025
Uji Tabrak TIGGO 9 Kecepatan 50KM/Jam, Hasilnya Luar Biasa
Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama
bank bjb Perkuat Sinergi dengan Pemkab Kuningan Lewat Pinjaman Daerah
Dadi Ahmad Roswandi Nakhodai IKASMANTIKA 2025–2030

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:36 WIB

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:08 WIB

Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 20:11 WIB

Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama

Berita Terbaru

Wali Kota Bandung saat meninjau Pasar Seni ITB. PJ/Dok

FEATURED

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Okt 2025 - 17:21 WIB