BANDUNG, PelitaJabar – Munculnya wacana Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus), yang mengajak partai politik lain bergabung mengusung pasangan calon Pilkada Jawa Barat, mendapat respon dari beberapa pakar dan peneliti politik.
Selain berpotensi diikuti satu pasangan bila Ridwan Kamil maju pada Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2024, hal ini tentu saja mencederai demokrasi.
Peneliti utama IPRC Muradi menilai, potensi Ridwan Kamil menang di Pemilihan Gubernur Jakarta tidak terlalu besar. Selain legitimasi dan legacy yang ditinggalkan Anies Baswedan selama memimpin Jakarta pada 2017-2022, Anies juga diprediksi bakal bertarung lagi pada Pilkada Jakarta nanti.
“Sehingga tidak mudah, bila memang Ridwan Kamil ditetapkan sebagai calon gubernur dengan infrastruktur politik saat ini akan sulit bersaing dengan Anies,” bebernya usai diskusi bertajuk Kemana Pilkada Jabar pasca Ridwan Kamil di Jakarta? di kawasan Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jumat (9/8/2024).
Tidak hanya itu, tersiar Pilkada Jakarta hanya diikuti satu pasangan calon dengan makin menguatnya wacana KIM Plus. Namun, menurut Muradi, hal itu mencederai demokrasi, jika kandidat hanya melawan kotak kosong.
“Karena dengan adanya kotak kosong berarti membatasi publik untuk memilih sosok yang diinginkan mereka. Jadi biarkan saja RK atau Anies bertarung pada Pilkada Jakarta mendatang,” imbuhnya.
Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Bandung ini berharap, baik PKS maupun PDI Perjuangan bisa memajukan calon mereka pada Pilkada Jakarta. Pasalnya, dirinya menganggap kedua partai tersebut memiliki mesin politik sangat kuat.
“Karena pada Pilkada Jakarta 2017 lalu yang bergeraknya sangat efektif adalah PKS dan PDI Perjuangan,” ucapnya.
Senada,Firman Manan MA, Peneliti Senior Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) menyebut, KIM merupakan gabungan partai politik yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden 2024, yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional.
“Koalisi Indonesia Maju solid mengusung Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur dan wakil gubernurnya dari Golkar,” katanya.
Saat ini, tinggal menunggu langkah dari partai politik yang berada di luar Koalisi Indonesia Maju seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, serta Partai Persatuan Pembangunan.
“Menarik kalau partai-partai tersebut melakukan konsolidasi dan membangun poros baru untuk memajukan pasangan calon alternatif pada Pilgub Jawa Barat mendatang,” katanya.
Namun begitu, Firman menilai adanya potensi poros baru tak terlalu besar mengingat munculnya wacana KIM Plus pada pilkada di daerah strategis seperti Jawa Barat maupun Jakarta.
Dia juga beranggapan terbentuknya tiga poros tak tertutup mengingat ada beberapa partai yang memiliki ideologi berbeda seperti PDI Perjuangan dan PKS.
“Jadi tak tertutup kemungkinan PDI Perjuangan membuat poros sendiri, PKS membuat poros sendiri, sehingga muncul tiga pasangan calon pada Pilkada Jawa Barat,” tuturnya.
Pilkada Jawa Barat bisa jadi hanya diikuti satu pasangan calon dan kandidat bersangkutan bakal melawan kotak kosong. KIM Plus, dianggap bukan sekedar wacana tapi bisa terjadi.
“KIM Plus itu menurut saya adalah upaya menarik dukungan mayoritas partai politik, sehingga tidak tersisa. Kalaupun tersisa, tidak memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur,” pungkasnya.
Diskusi dipandu Noey Firman selaku wartawan senior, yang dimulai pukul 16.00 wib, berakhir pukul 17.30 wib. ***